DakwahFisabililah – Istilah “Arafah” biasanya merujuk pada saat jamaah haji berdiam diri di tempat yang disebut Arafah. Proses berdiam diri jamaah haji ini disebut wukuf.
Wukuf di Arafah bagi jamaah haji dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut penanggalan di Arab Saudi. Namun, terkadang muncul pertanyaan ketika bulan Dzulhijjah di Indonesia dan Arab Saudi memiliki perbedaan.
Maka timbul pertanyaan, apakah puasa Arafah harus mengikuti wukuf di Arafah atau mengikuti tanggal 9 Dzulhijjah?
Dalam buku “Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah” karya Hanif Luthfi, dikemukakan bahwa penentuan puasa Arafah, seperti juga puasa-puasa hari-hari Dzulhijjah sebelumnya, telah ada sebelum haji wada.
Oleh karena itu, Hari Arafah tetap merupakan hari ke-9 Dzulhijjah setiap tahunnya. Hari ke-9 bulan Dzulhijjah sudah ada sebelum Rasulullah melakukan wukuf di Arafah pada haji wada.
Hadits-hadits tentang puasa sunnah Arafah mengisyaratkan bahwa puasa-puasa tersebut menjadi kebiasaan Nabi setiap tahun. Oleh karena itu, para ulama lebih menekankan hubungannya dengan tanggal 9 Dzulhijjah daripada wukuf di Arafah ketika membahas puasa sunnah Arafah.
Baca Juga : Pondok Pesantren Baitul Quran Sragen Kuatkan Hafalan Quran
Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari menyatakan,
سن صوم يوم عرفة وهو تاسع ذي الحجة
“Disunnahkan berpuasa pada hari Arafah, yaitu tanggal sembilan Dzulhijjah.”
Al-Khathib As Syirbini menjelaskan,
وصوم يوم عرفة وهو تاسع ذي الحجة لغيرالحاج
“Dan (sunnah) berpuasa pada hari Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah bagi selain jamaah haji.”
Syamsuddin Ar Ramli juga menyatakan,
وصوم يوم عرفة وهو تاسع ذي الحجة لغيرالحاج
“Dan (sunnah) berpuasa pada hari Arafah, yaitu tanggal sembilan Dzulhijjah bagi selain jamaah haji.”
Oleh karena itu, jika terdapat perbedaan dalam memulai bulan Dzulhijjah antara Arab Saudi dan Indonesia mengenai puasa Arafah, pendapat yang dipilih adalah mengikuti penanggalan Indonesia. Hal ini juga berlaku dalam penentuan Hari Raya Idul Adha yang mengikuti wilayah setempat.